Sabtu, 25 Oktober 2008

Dongeng ke 2

Obat rahasia

Disebuah hutan tinggallah seorang pemuda yang bernama Arsandi. Dia hidup sebatang kara. Setiap hari pekerjaannya berkeliling hutan mencari obat untuk penyakit kulit yang sudah lama di deritanya. Sekujur tubuhnya ditumbuhi bisul berwarna merah. Gatal dan perih. Sudah banyak tanaman dan akar pohon yang telah dia coba. Namun belum juga membuahkan hasil.
Hari itu cuaca sangat dingin. Arsandi merasa lelah setelah seharian keliling hutan. Ia beristirahat dibawah pohon. Tiba-tiba mata Arsandi menangkap kilau air dari kejauhan. Dengan bersemangat Arsandi segera berlari menuju tempat sumber air tersebut. Ternyata, itu adalah sumber air panas yang keluar dari perut bumi. Asapnya terasa hangat menyentuh kulit Arsandi.
“waah…asyiik! Air ini hangat sekali!” Arsandi minum air itu sampai puas. Kehangatan air itu menggoda Arsandi untuk berendam. NYEESSS….hangat sekali! Aah…baru kali ini ia merasakan berendam di air panas. Namun tiba-tiba…
”hai! Siapa kamu? Berani-beraninya memakai sumber airku!”
Arsandi kaget. Ia mencari sumber suara itu. Namun tidak ada siapapun di dekatnya. Arsandi mulai merinding. dia terpaku.
“Hai! Ditanya diam saja! Kamu tuli ya?”
Kerongkongan Arsandi tercekat. Dia melongok ke atas. Namun hanya kayu-kayu tinggi yang terlihat. Di sekeliling sumber air juga tidak ada satu binatangpun.
“si..siapa..kamu?” Arsandi terbata-bata.
“ee..ditanya malah nanya! Kamu ini siapa berani-beraninya mandi di sumber airku!”
Arsandi tersentak. Ia segera bangun dari berendamnya. Dan…
BLEG! Tiba-tiba sekelebat bayangan turun dari pohon dan mendarat tepat di depan Arsandi. Arsandi kaget bukan kepalang. Dihadapannya kini berdiri seorang kakek tua dengan janggut panjang sampai ke perutnya.
“aduh, maafkan saya , kek. Saya tidak tahu! Saya Cuma numpang mandi disini.” “hemmm..kulitmu kenapa anak muda? Kamu kudisan ya?” kakek itu mengamati kulit Arsandi yang berbisul merah.
“i..iiya, kek. Saya memang kudisan. Jadi kakek jangan dekat-dekat. Nanti bisa ketularan”
“apa? Penyakitmu menular ?Jadi seluruh airku sudah sisa tubuh kamu? Celaka duabelas ribu..! Kulitku yang halus ini bisa benjol-benjol nanti!” kata kakek gusar.
Arsandi menahan tawa. Sudah tua masak punya kulit halus? Tapi…ha? Benar! Kulit kakek itu halus seperti kulit perempuan! Arsandi melotot mengamati kulit kakek.
“hei! Ngapain liat-liat? Ayo… kamu harus membayar upah mandimu”
“waduh, saya tidak punya uang, kek. “
“kalau begitu kamu harus membayar dengan tenagamu. Kamu harus jadi pembantuku selama satu tahun!”
“satu tahun? Padahal aku kan Cuma mandi satu kali, kek?” Arsandi memelas.
“heeh..satu kali mandi satu tahun! Dua kali mandi berarti dua tahun. Ngerti?”
Arsandi tidak berani membantah. Ia terpaksa menuruti permintaan kakek
“mulai hari ini, kamu harus pakai baju panjang. Tiap pagi mencari kayu wangi. Agak siang mencari akar-akaran. Siang hari cari buah-buahan. Sore hari cari sayur-sayuran. Dan kamu harus mandi di sumber air tadi. Itu sudah bekas kamu. Aku nggak mau pakai lagi. Sudah. Cuma itu tugas kamu” kata kakek.
Sejak saat itu Arsandi melakukan tugasnya. Ternyata setiap hari dinding rumah kakek yang terbuat dari kayu wangi diganti yang baru. Akar-akaran direbus untuk minuman kakek. Arsandipun harus meminumnya. Buah dan sayur adalah menu mereka sehari-hari. Arsandi harus mandi disumber air panas yang mengandung belerang. Karena kakek selalu mengawasi dengan ketat, Arsandi tidak berani membantah. Setiap hari dikerjakannya pekerjaan yang selalu sama.
Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Akhirnya setahun sudah berlalu.
”Ar, Kamu sudah satu tahun disini. Sekarang kamu boleh pergi. Tapi sebelumnya cerita dulu ke kakek. Kenapa kamu sampai menderita penyakit kulit seperti itu?”
“sebenarnya ini salah saya sendiri, kek. Setiap hari saya hanya makan makanan siap saji. Saya tidak pernah mau makan buah atau sayur. Terus setiap hari pekerjaan saya cuma main PS, main komputer sama nonton TV. Jadi kulit saya tidak kuat”
“oo..kakek kira kamu bisulan gara-gara suka mandi bareng kerbau di sungai!ha..ha..ha”
“Ha..? aku ini pangeran kek! Masak mandi bareng kerbau? Yang benar saja?”
”Apa? Kamu ini pangeran? Yang benar saja?” ganti kakek yang keheranan.
“iya. Sebenarnya aku ini pangeran. Tapi aku selalu melanggar hukum istana. Makanya aku dihukum untuk mencari obat sendiri untuk penyakitku.”
“ooo…begitu ya. Nah, sekarang kamu boleh membuka bajumu! Lihat tubuhmu!”
Arsandi membuka bajunya. Ia sangat kaget. Tubuhnya mulus kembali!
“oo..terimakasih, kek. Ternyata kakek selama ini mengobati aku.”
Akhirnya Arsandi pulang kembali ke istananya. Raja dan ratu sangat bergembira melihat anaknya sudah sembuh. Arsandi kini hanya makan makanan sehat. Ia ingin selalu sehat. Sesehat kakek di hutan

Tidak ada komentar: